Kamis 26 Maret 2020

 

Entah sudah berapa dokter, tenaga medis dan relawan

yang meninggal dunia dalam kesendirian dan kesunyian isolasi karena covid19.

Bahkan mereka diisolasi dari anggota keluarga yang sangat mencintainya.

Cobalah ikut merasakannya sejenak saja.

Tentu mereka mengalami sesak nafas sampai nafasnya terhenti.

Mengaduh, siapa yang mendengar?

Kesakitan, siapa yang menemani?

Siapa yang mengantar dia melangkah menuju gerbang keabadian? Siapa yang memandikan dia?

Siapa yang dari dekat mendekap dan menangisi dia? Siapa yang memilihkan tempat pemakaman

untuk dia? Siapa yang mengantar dia dengan doa ke pemakaman?

Tidak bisa dibayangkan jika para dokter, perawat dan relawan

menolak untuk melakukan pengabdiannya itu.

Apa yang akan terjadi?

Apa yang menggerakkan mereka sehingga

mereka bersedia sepenuh hati mempersembahkan dirinya sampai habis dalam isolasi.

Bagi mereka, tidak penting apa agama dan apa yang diimani para pasien; tidak penting apa etnis para pasien; tidak penting bagaimana status sosial ekonomi para pasien; tidak penting apakah para pasien pejabat atau penjahat; tidak penting pilihan politik para pasien; tidak penting moralitas para pasien; tidak penting tingkat pendidikan para pasien.

Bagi mereka,

yang terpenting adalah martabat kemanusiaan para pasien.

Dalam kesendirian isolasi, mereka mencapai puncak hidup beragama.

Dalam keheningan isolasi, mereka memperoleh gemerlap ilahi mahkota hidup beriman:

menghargai martabat manusia, memuliakan Allah.

Tuhan Yesus Yang Mahakasih,

dalam diri para dokter, perawat dan relawan,

aku menyaksikan Engkau bekerja.

Dalam diri mereka,

aku mengalami: Ekaristi bagi dunia yang dilanda covid19.

Meski mereka tidak mengenal Ekaristi

bagiku mereka telah menjadi Ekaristi:

hidup mereka dipecah dan dibagikan sampai habis untuk kehidupan banyak orang.

Tuhan Yesus Yang Mahakasih,

sekarang ini para imam bersama umatMu merayakan Ekaristi melalui jaringan internet,

menerima komuni dalam kerinduan.

Meski demikian,

dengan tetap melindungi diri dari virus corona,

dan taat pada ketentuan-ketentuan yang telah ditegaskan,

bantulah para imam dan umatMu menjadi roti yang dipecah dan dibagikan untuk banyak orang,

yang meminta pertolongan tanpa sanggup bersuara;

yang memanggil tanpa kekuatan melambaikan tangan;

yang menangis dalam kesunyian.

 

 

A. Kurdo Irianto