Minggu, 12 April 2020

 

Para imam dan pemuka agama sepuhan.

30 keping perak menjadi uang pembelinya.

Agama rapuh.

Politik lumpuh.

Masyarakat keruh.

Kebenaran runtuh.

 

Salibkanlah.

Salibkanlah.

Salibkanlah.

 

Dia mau menerima kehancuran yang paling hancur.

Di ujungnya, ada Keutuhan.

Dia mau mengalami kematian yang paling mengerikan.

Di ujungnya, ada Hidup.

Dia mau menyusuri kegelapan yang paling pekat.

Di ujungnya, ada Terang.

 

Kita masih berjalan menjuju Golgotha pandemi covid19.

Sebagian teman seperjalanan kita terjatuh dan tidak bangun lagi.

Simon Kirene tidak sanggup membangunkannya.

Vironika tidak sanggup membersihkan wajahnya.

 

Di tengah tengah perjalanan menuju Golgotha pandemi covid19,

kita merayakan Sang Terang.

Dari dalam kematian yang gelap,

lahir terang yang pelan-pelan usir gelap pekatnya kematian.

Pada mulanya Cahaya itu kecil bila dibandingkan dengan luasnya gelap kematian.

Meski kecil, merasuk perlahan mengusir gelap.

Ada satu yang ambil terang itu.

Ada satu lagi yang juga ambil terang itu.

Dari terang yang diambil itu, dibagikan pada yang lain.

Dibagikan, dibagikan, dibagikan pelan-pelan ke semuanya.

Pekat gelap kematian makin terusir, berganti terang Hidup.

 

Paskah itu percaya yang membuahkan hidup.

Paskah itu harapan yang memberikan hidup.

Paskah itu kasih yang membawa hidup.

 

Nyalakanlah Terang itu dalam dirimu dan biarkan bersinar dalam hatimu.

Di tengah perjalanan mengusir kegelapan covid19,

kita bagikan terang percaya itu dalam tindakan,

kita bagikan terang harapan itu dalam kemurahan hati untuk berkurban,

kita bagikan terang kasih itu dalam keberanian yang tulus untuk memberi.

 

Ya Tuhan sang Terang Sejati,

terimakasih karena kami boleh menerima terangMu.

Meski kecil, tapi itu TerangMu sendiri.

Berilah kami rahmatMu sehingga kami mampu membagikan TerangMu,

dalam tindakan,

dalam kemurahan hati untuk berkurban,

dalam keberanian yang tulus untuk memberi.

Jangan biarkan TerangMu menyala sebatas lilin belaka.

 

 

A. Kurdo Irianto