Minggu, 5 April 2020

 

Sabtu sore,

ada sebuah video menggambarkan para dokter dan tenaga medis yang kelelahan.

Ada yang tidur sambil duduk dengan seperangkat lengkap alat pelindung diri.

Ada pula yang tidur sambil duduk dengan kepala diletakkan di meja.

Sebagian lagi tidur dalam semacam rak yang tersusun, masing-masing tidur di raknya.

Ada yang tidur di lantai di atas selembar tikar.

Ada yang tidur dengan muka ditutupi map.

Ada lagi yang tidur dengan kepala disandarkan tembok.

Dan masih banyak lagi.

 

Menyaksikan itu semua,

meluap rasa haru, rasa kagum, rasa hormat.

Hati teriris membayangkan orang-orang yang mencintai mereka menyaksikan perjuangan mereka.

Air mata menetes.

 

Para dokter dan tenaga medis tahu bahwa dengan memasuki medan itu,

nyawa mereka terancam.

Tetapi mereka mau demi keselamatan orang lain dan orang banyak.

Mereka tidak mengenal siapa yang dirawat.

Bukan suami, bukan istri, bukan anak, bukan orang tua, bukan saudara sekandung, bukan kerabat.

Yang mereka tahu,

mereka menyelamatkan manusia.

Siapa pun dia, apa pun agamanya, sukunya, status sosialnya, pilihan politiknya.

 

Dalam diri mereka bersinar kekuatan Illahi.

Merekalah para beriman:

memuliakan Allah dengan berkurban demi menolong manusia.

 

Memuliakan Allah tidak cukup dengan kata-kata doa, ibadat dan kidung haru.

Memuliakan Allah adalah hidup.

Hidup yang menemukan mereka yang menderita memiliki martabat yang sama.

Karena itu, berani solider dengan mereka yang menderita.

Merasakan apa yang mereka derita.

Karena itu, para dokter dan tenaga medis bertindak menyelamatkan mereka.

Bahkan dengan kehilangan nyawa.

 

Solidaritas para dokter dan tenaga medis,

adalah undangan untuk melakukan hal yang sama.

Tidak perlu berbondong-bondong ke rumah sakit.

Di sekitar kita, di dekat kita, di depan mata kita,

ada saudara-saudara kita yang juga menderita: kehilangan nafkah dan kesulitan makanan sehari-hari.

Tidakkah kita merasakannya?

Tidakkah kita melihatnya?

 

Solidaritas menolak segala sikap tidak mau tahu dan tidak peduli,

menolak sikap hanya mencari selamatnya sendiri dengan segala alasannya.

Solidaritas bukanlah kata-kata wacana indah.

Solidaritas adalah tindakan.

Solidaritas menyatukan semua manusia dalam satu iman:

Bahwa manusia memiliki martabat yang sama.

 

Tuhan yang Mahakasih,

bantulah kami semua menjadi saudara yang bertindak bagi mereka yang menderita.

Bukalah hati kami menjadi ruang yang mengalirkan belaskasih.

Gerakanlah tangan dan kaki kami untuk berbuat.

 

 

A. Kurdo Irianto