Rabu, 25 Maret 2020

 

Hari Raya Kabar Sukacita

Seminggu yang lalu, 19 Maret, sebagai Gereja, kita merayakan Santo Yusuf.

Dan hari ini, 25 Maret kita merayakan Kabar Sukacita.

Dalam seminggu ini kita diajak untuk merayakan sepasang kasih tak terpisahkan:

Yusuf dan Maria.

Dalam kesatuan kasih mereka yang suci,

bersinarlah Terang pembawa harapan dan sukacita.

Ketulusan Yusuf memancarkan harapan dan sukacita,

kesetiaan Maria memancarkan harapan dan sukacita.

Ketulusan menolak segala bentuk ketakutan yang menutup rapat diri sendiri,

dan kesetiaan menolak segala bentuk ketidakpercayaan yang menghancurkan orang lain.

Tidak ada ketulusan tanpa kesetiaan

dan tidak ada kesetiaan tanpa ketulusan.

Ketulusan dan kesetiaan merupakan pintu harapan dan sukacita

yang terbuka lebar bagi banyak orang.

Di tengah situasi hidup yang diselimuti pandemi sekarang ini,

kita menyaksikan martir-martir ketulusan dan kesetiaan:

para perawat, dokter, relawan yang berjuang menembus batas isolasi untuk merawat,

menyembuhkan bahkan mempersembahkan nyawa dalam isolasi.

Mereka menjadi lilin yang menyinarkan ketulusan dan kesetiaan yang melelehkan diri sendiri.

Mereka ini dilahirkan oleh kesetiaan Maria dan dirawat dengan ketulusan Yusuf.

Marilah kita tetap mengalirkan ketulusan di sekitar kita,

bagi mereka yang sedang dalam situasi yang terjepit akibat wabah ini: para pedagang sangat

kecil di seputar sekolah-sekolah atau tempat-tempat umum yang sekarang libur atau kosong;

mereka yang usia lanjut dan sendirian di rumah; mereka yang mengandalkan kerja jasa dan

tidak berpenghasilan tetap; dan masih banyak lagi.

Marilah kita tetap melangkah ke depan dengan kesetiaan mengikuti anjuran-anjuran yang

bernilai bagi banyak orang; setia dengan doa dan ibadat kita meski terasa pedih karena tidak

seperti biasanya; berdoa bagi mereka yang terbaring terkena virus dan yang meninggal

sendirian dalam isolasi; setia menimba rahmat Allah secara pribadi dan dalam keluarga; setia

tetap belajar di rumah meski tidak mudah; setia melindungi diri dan orang lain dari wabah; dan

masih banyak lagi.

Ketulusan dan kesetiaan memiliki sumber dan asal yang sama:

Tuhan Allah yang Mahakasih.

 

 

A. Kurdo Irianto