Senin, 13 April 2020

 

Dua wajah sekaligus muncul dalam peristiwa kebangkitan.

Wajah pertama, cahaya yang bersinar dari wajah para perempuan yang menjenguk makam Yesus.

Mereka berjumpa Yesus yang berkata: “Jangan takut”.

Mereka membawa dan membagikan cahaya itu kepada para murid Yesus lainnya.

 

Wajah ke dua, gelap karena ketakutan yang nampak pada wajah para imam kepala dan tua-tua

Yahudi. Mereka diliputi ketakutan yang demikian besar sehingga menyogok para serdadu penjaga

makam untuk menyebarkan berita bohong: “Kamu harus menyatakan bahwa murid-murid Yesus

datang malam-malam dan mencuri jenasahNya ketika kamu sedang tidur”.

 

Dua wajah itu tumbuh dan berkembang bersama.

Wajah cahaya itu kemudian tampak sangat jelas dalam diri Petrus yang memberi kesaksian tentang

Yesus yang bangkit.

Wajah gelap ketakutan ini tampil dalam diri para imam dan pemuka agama Yahudi, yang kemudian

menindas, mengejar dan menganiaya pengikut Yesus.

 

Meski di tengah ancaman ketakutan dan kegelapan, wajah cahaya itu terus berkembang melintasi

segala bentuk ancaman dan hambatan.

Wajah cahaya itu tidak takut akan kematian.

Cahaya itu dibagikan terus menerus tanpa henti melintasi puluhan, ratusan dan ribuan tahun.

Dibagikan pada puluhan, ratusan, ribuan, jutaan dan milyaran manusia.

Karena itulah sekarang ini kita merayakan Paskah.

 

Situasi karena pandemi covid19 saat ini,

juga berwajah dua.

Pertama, ketakutan yang melumpuhkan.

Ke dua, cahaya harapan.

Meski tetap harus mengikuti ketentuan perlindungan diri dengan segala perlengkapannya serta jaga

jarak, wajah cahaya harapan tetap terus membagikan cahayanya.

 

30 an anak muda, pada Minggu Paska, setelah mengenakan perlindungan diri seperlunya dan

ketentuan yang telah ditegaskan, mereka pergi keluar memasuki lorong-lorong untuk membagikan

cahaya harapan bagi mereka yang membutuhkan.

Bahwa masih banyak yang memiliki kebaikan yang tidak dilumpuhkan oleh ketakutan.

Cahaya harapan itu dibagikan kepada seorang perempuan yang membuka warung di dekat balai RW.

Dari warung sederhana itu, dia harus menghidupi kedua anak dan ibunya yang buta. Warung itu

mendadak sepi. Tidak ada pembeli. Tidak ada pendapatan.

 

Cahaya harapan itu dibagikan kepada seorang penambal ban dan cuci sepeda motor yang juga sepi

karena jarang sekali yang lewati jalan itu sekarang ini.

Cahaya harapan itu dibagikan juga kepada seorang ibu yang menumpang di rumah anaknya yang

bekerja sebagai buruh dan mengalami pengurangan jam kerja sehingga tidak dapat lagi membantu

ibunya itu.

Cahaya harapan itu dibagikan kepada keluarga-keluarga yang hidupnya dari jualan kecil-kecilan dan

sudah sebulan ini tutup karena tidak ada pembeli.

Dan masih banyak lagi yang lain.

 

Cahaya harapan itu bersinar di mata para ibu dan bapak itu.

Cahaya harapan itu bersinar di senyum tulus para ibu dan bapak itu.

 

Paskah yang bebas dari belenggu ketakutan yang melumpuhkan.

 

Ya Tuhan yang Mahakasih,

Jangan biarkan Terang yang Kaupercayakan kepada kami, padam.

Gerakkanlah kami untuk tidak berhenti membagikan Terang Paskah kepada yang membutuhkan.

Dalam sinar mata dan senyum tulus mereka, kami berjumpa denganMu yang bangkit.

 

 

A. Kurdo Irianto