Para Kakak Pemandu Pendalaman APP Remaja yang terkasih, pada tahun 2020 ini kita memasuki tahun ‘Pertobatan Bersama Para Murid Kristus’. Tahun ini didedikasikan bagi diseminasi hasil Mupas bagi seluruh umat, khususnya insan pelaksana reksa pastoral di seluruh wilayah Keuskupan Surabaya.
Oleh sebab itu, Panitia APP Keuskupan Surabaya menetapkan tema pendalaman APP tahun ini dengan mengacu pada komitmen pertobatan agar semua bergerak bersama menghidupi pilihan strategi pastoral hasil Mupas yakni ‘Dengan semangat Ardas, Mendewasakan Paroki berakar Lingkungan yang hadir di tengah Masyarakat’. Tema APP tahun ini mengacu pada pilihan strategi pastoral tersebut, yakni:


LINGKUNGAN SEBAGAI AKAR PAROKI.

A. Tema-Tema Pertemuan APP bagi Umat di Lingkungan
Pendalaman APP bagi Umat (Umum) di Lingkungan ditekuni dalam 4 kali pertemuan, dengan judul sebagai berikut:

  1. Pertemuan I : Lingkungan sebagai Cara Hidup Menggereja
  2. Pertemuan II : Keluarga sebagai Akar Lingkungan
  3. Pertemuan III : Penggembalaan Umat Lingkungan
  4. Pertemuan IV : Persekutuan Lingkungan-Lingkungan


B. Tema- Tema Pertemuan APP bagi Remaja
Bahan pendalaman APP bagi Remaja disusun sebagai upaya menerjemahkan tema umum pendalaman APP bagi umat sesuai dengan dinamika pastoral remaja.
Hasil “pemotretan” pengalaman pendalaman APP bagi remaja selama ini dapat disimpulkan, bahwa: pertama, sebagian besar pelaksanaan pertemuan remaja Katolik masih terjadi di tingkat paroki saja. Kedua, dinamika pastoral remaja pada umumnya masih terkesan belum terintegrasi dengan dinamika Lingkungan, baik secara fisik maupun ikatan emosi. Ketiga, materi-materi pendalaman iman belum tergarap secara kontekstual sesuai dinamika masa remaja yang merupakan: masa transisi dari anak-anak ke dewasa, mencari jati diri, mengeksplorasi, belajar mandiri, belajar untuk berperan dan bertanggung jawab, serta model relasi semakin meluas dan terarah pada level teman sebaya.
APP 2020 mengajak umat, termasuk remaja, agar masuk terlibat dalam dinamika Lingkungan. Sehingga pertobatan yang dimaksud dalam fokus pastoral tahun 2020 ini, selain pertobatan pribadi, juga pertobatan komunal yakni untuk menyadari jati diri Lingkungan dan bersama-sama menghidupi serta menghidupkan Lingkungan. Maka, dengan latar belakang pertobatan pastoral tersebut, kita perlu menemukan bentuk pendalaman sesuai dengan dinamika pastoral remaja.
Kita berharap para Pemandu dapat mewujudnyatakan pertobatan pastoral tersebut dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga para remaja menjadi lebih memahami makna Lingkungan sebagai akar paroki, memiliki 5 aspek hidup menggereja: peribadatan, persekutuan, pewartaan, pelayanan sosial, dan kesaksian hidup.
Di samping itu, agar para remaja semakin menyadari bahwa Lingkungan merupakan akar paroki maka para remaja diajak secara bertahap mendalami gagasan-gagasan dasar berikut:

  • a. Makna pentingnya akar bagi kehidupan tumbuhan,
  • b. Hidup ber-Lingkungan sebagai cara hidup menggereja,
  • c. Mutu persekutuan dalam keluarga-keluarga menentukan mutu persekutuan dalam Lingkungan,
  • d. Keluarga sebagai akar yang menghidupi dan menopang Lingkungan,
  • e. Pribadi-pribadi anggota menghidupi dan menopang persekutuan keluarga sebagai Gereja rumah tangga (Ecclesia Domestica).

Gagasan-gagasan tersebut diterjemahkan ke dalam tema besar “Remaja ber-Lingkungan” yang kemudian dijabarkan dalam 5 tema pertemuan APP Remaja berikut ini:

  1. Pertemuan 1 : Lingkungan adalah Akar Paroki
  2. Pertemuan 2 : Lingkungan sebagai Cara Hidup Menggereja
  3. Pertemuan 3 : Lingkungan adalah Persekutuan Keluarga-Keluarga
  4. Pertemuan 4 : Keluarga sebagai Akar Lingkungan
  5. Pertemuan 5 : Keluarga sebagai Persekutuan Pribadi

Judul pertemuan di atas menunjukkan tema dan gagasan yang hendak dicapai dalam tiap pertemuan. Penggunaan ilustrasi bisa dilakukan secara kreatif oleh para pemandu tanpa mengubah substansi tujuan masing masing pertemuan. Dalam pelaksanaannya pun jumlah pertemuan dapat diatur secara fleksibel sesuai dengan situasi di Lingkungan/ Stasi/ Wilayah Paroki masing-masing. Misalnya keadaan tidak memungkinkan untuk melakukan dalam 5 kali pertemuan, dapat digabung menjadi beberapa pertemuan yang memungkinkan atau menjadi bahan proses suatu rekoleksi/ retret di masa Prapaskah. Yang penting hal-hal yang terkait penghimpunan data pastoral remaja tetap terlaksana.


C. Proses Pertemuan
Setiap pertemuan dilakukan dalam empat tahap:

  • -TAHAP I: Belajar dari Pengalaman. Peserta diajak berdinamika untuk menggali pengalaman atas tema pertemuan. Metode yang ditawarkan antara lain: mengamati situasi sekitar, mengamati gambar, foto atau teks lagu, bermain drama (role-play), lalu sharing dalam kelompok kecil untuk membahas pertanyaan reflektif yang diajukan oleh pendamping
  • -TAHAP II: Belajar dari Kitab Suci, Ajaran Gereja atau Seri Mupas 2019. Peserta diajak membaca teks terkait lalu merenungkannya. Pendamping bisa mengajak peserta menemukan nilai-nilai, serta menemukan kaitan antara nilai yang ada dalam Kitab Suci/ Ajaran Gereja/ Seri Mupas 2019 dengan pengalaman di tahap I. Kitab Suci/ Ajaran Gereja/ Seri Mupas 2019 memberi pesan/ jawaban apa atas pengalaman di tahap I.
  • -TAHAP III: Peneguhan-Penegasan. Pendamping memberikan pengajaran tentang apa yang dikehendaki Tuhan dan Gereja untuk para remaja.
  • -TAHAP IV: Aksi. Peserta mengungkapkan pengalaman iman yang diperoleh melalui pertemuan ini sesuai tema terkait. Bentuk ungkapan bisa bermacam-macam, misalnya membuat doa, puisi, gambar, atau melakukan tugas perutusan yang ada di tiap pertemuan.

Semoga Pertemuan pendalaman tema APP ini mengantar para Remaja kita kepada pertobatan dan semangat kebangkitan kesadaran sebagai anggota dari Lingkungan sebagai Akar Paroki.

SEJARAH LINGKUNGAN
Salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia, terutama di Pulau Jawa adalah adanya sistem lingkungan/ kring /stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II (lih. AA 10, AA 24, AG 21). Hal yang menarik, cikal-bakal lingkungan ini ternyata sudah ada jauh sebelum Konsili Vatikan II, bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu para imam Jawa, yakni Rm. Hardjasuwanda SJ dan Rm. Sugiyapranata,SJ, merintis sistem kring di paroki-paroki Wedi-Klaten, Ganjuran, dan Bintaran (lih. JWM Huub Boelaars, OFM Cap dalam Indonesianisasi: Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia, Kanisius, 2005, hlm. 353). Bahkan para pamong kring ini berperan sebagai gembala bagi umat kringnya, dimana mereka dipercaya untuk memimpin ibadat-ibadat, mengajar calon baptis, juga membimbing umat yang mengalami kesulitan.
Dalam perkembangan waktu, sistem “bapak pamong kring” ini kemudian berkembang menjadi sistem lingkungan yang kemudian juga dimasukkan dalam struktur dewan pastoral paroki. Dalam semangat kepemimpinan partisipatoris, “salib pelayanan” umat di lingkungan tidak lagi “dibebankan” pada pundak ketua lingkungan saja, tetapi menjadi tanggung jawab para pengurus lingkungan. Keterlibatan para penguruslingkungan sungguh membantu dan melipatgandakan tenaga dan perhatian pastoral Pastor Paroki. Dan menarik untuk dicermati, “sekolah pelayanan dan kerjasama” para pengurus lingkungan ini sekaligus merupakan salah satu wahana dan peluang untuk mempersiapkan kader-kader pengurus Dewan pastoral paroki.


(Diambil dari tulisan dengan judul “Menyiapkan dan Memotivasi Pengurus Lingkungan” oleh Oleh F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr yang dimuat dalam www.imankatolik.or.id)