Setelah tepat satu tahun berstatus sebagai kuasi paroki, Santa Monika, Krian kini resmi menjadi paroki ke-45 Keuskupan Surabaya. Misa peresmian diadakan Jumat sore, 27 Agustus 2020 dan dipimpin Uskup Surabaya, Mgr. Vincentius Sutiokno Wisaksono. Bertindak sebagai konselebran adalah RD. Cornelius Triwidja Tjahja Utama (Romo Tommy,  Vikep Mojokerto), RD. Petrus Katiran (Kepala Paroki Santa Monika, Krian), dan Frater Diakon Sebastianus Joko Purnomo..

Misa Peresmian dihadiri beberapa Romo, pengurus DPP, BGKP, Asisten Imam yang dilantik, dan beberapa tamu undangan. Momen ini juga dapat disaksikan oleh umat Krian secara live streaming melalui kanal YouTube Sayuka TV.

Pada saat homili, Mgr. Sutikno menceritakan pengalamannya membaca cerita  mengenai orang-orang kudus kudus. Jika dihitung dalam sejarah Gereja selama 2000-an tahun, hanya 6,8% persen perempuan, baik. Santa maupun Beata. Kebanyakan Santa atau Beata tidak dengan riwayat yang heroik, yaitu menjadi martir dan mati dengan menumpahkan darah. Tidak seperti beberapa awal perempuan kudus seperti Agatha, Perpetua, Felicitas, dan Agnes.

Santa Monika sebagai pelindung Paroki Santa Monika, bukanlah sosok yang melakukan sesuatu secara heroik. Ia sebagaimana Santa atau Beata pada umumnya dari kalangan ibu rumah tangga, suster, atau biarawatri. Santa Monika diteladani karena cinta kasih, kesabaran, dan kesetiaannya dalam doa agar suami dan anaknya bertobat.

Menurut Mgr. Sutikno, Sebagaimana pengurus gereja dan umat yang sabar, berdoa, menanti saat nya suami dan anaknya Agustinus bertobat. Iman adalah salah satu aspek yang harus dikuatkan dengan hidup dalam pengharapan untuk bertekunHarapan bukanlah sesuatu yang sia-sia karena menjadikan iman kita berkualitas. Ada saatnya permohonan atau doa menjadi kenyataan karena buah ketekunan dan anugerah Tuhan. Paroki Santa Monika ini adalah bukti penyertaan Tuhan dan buah ketekunan umat, yang sabar dalam menghadapi hambatan selama kurang lebh 30 tahun. Bapa Uskup juga berharap agar kita tidak nggege mongso yang atinya adalah berbuat sebelum waktunya, dan bertindak sebelum sanggup.

Pada sesi sambutan, Markus Uman, Ketua panitia pendirian Paroki Santa  Monika pada kesempatan pertama mengucapkan terima kasih pada Mgr. Sutikno yang telah menetapkan Santa Monika sebagai Paroki. Juga terhadap RD. Agustinus Eko Wiyono dan Romo Tommy yang dengan sabar mendampingi umat yang belajar mandiri dalam mengelola gereja saat Santa Monika menjadi stasi. Markus Uman juga mengucapkan selamat pada umat Santo Mikael, Mojosari yang telah resmi menjadi Stasi. Pengurus Paroki Santa Monika siap membantu agar kedepannya Stasi Santo Gregorius Agung, Citra Harmoni, Sidoarjo berdiri menjadi Paroki. Sambutan diakhiri dengan pantun, “Buah durian, buah leci. Dimakan bersama-sama diatas batu. Kini Krian telah jadi Paroki, mari kita selalu bersatu. Jalan-jalan ke Surabaya, Jangan lupa membeli bolu. Kami selalu berdoa, agar Bapa Uskup dan para romo sehat selalu.”

Sambutan dilanjutkan oleh Romo Tommy yang berharap dengan peresmian ini Paroki Santa Monika tetap menjadi tim yang baik dari segi pelayanan dan karya di dalam Keuksupan Surabaya. Romo Tommy juga mengucapkan selamat berkarya  pada Romo Katiran yang saat ini sudah kedua kalinya menjabat kepala paroki baru. Sebelumnya beliau pernah menjadi Kepala Paroki di Santo Fransiskus Asisi, Resapombo saat baru berdiri.

Pada sambutan akhir misa, Bapa Uskup mengucapkan “Selamat dan proficiat.  Semoga Santa Monika, Krian menjadi Paroki yang hidup, karena itulah yang menentukan buah karya Tuhan pada umat di Krian dan sekitarnya.”  (Prisca Putri Ratnasari -Seksi Komsos Paroki St Monika Krian).

 

 

Foto bersama selebran, romo, frater diakon misdinar usai misa peresmian Paroki Santa Monika, Krian
(Dok. : Komsos Krian/Yohanes Wahyu)

 

Bangunan Gereja Santa Monika, Krian. (Dok. Pambudi Yoga Perdana)

 

Bagian dalam Gereja Santa Monika, Krian. (Dok. Pambudi Yoga Perdana)

 

Bangunan mangkrak bakal gereja yang batal dibangun.
Berlokasi di Jl Ki Hajar Dewantara, Desa Keterungan. Dekat rel kereta api.
(Dok.: Komsos/Yohanes Wahyu)